14 July 2008

Ada seorang lelaki yang diberi karunia oleh Allah berupa kekayaan yang melimpah dan kesejahteraan yang terus-menerus. Namun, pada suatu hari Allah menghendaki lelaki tersebut men­derita sakit jantung. Dia pergi ke luar negeri untuk mengobati penyakit ini karena semakin hari menjadi semakin parah. Di rumah sakit yang terkenal menggunakan peralatan canggih itu, para dokter menyarankan agar segera dilakukan operasi. Para dokter ahli berkata, “Namun demikian, hasil setelah dilakukan operasi tidak bisa dijamin sepenuhnya, mengingat kondisi penya­kitnya yang telah kronis. Akan tetapi, operasilah sebagai pilihan satu-satunya.”
Begitu lelaki ini mendengar ucapan para dokter, ia meminta agar operasi ditunda terlebih dahulu… Ia ingin pulang ke negerinya selama beberapa hari untuk berpamitan dengan sanak keluarga dan rekan-rekannya, siapa tahu setelah operasi ia tidak bertemu lagi dengan mereka dan untuk menunaikan kewajibannya yang belum selesai. Para dokter memenuhi permintaannya, dengan syarat ia segera kembali dan tidak terlambat datang karena keterlambatannya beresiko tinggi.
Lelaki itu kembali ke negerinya dan tinggal beberapa hari dengan keluarganya untuk memenuhi kewajiban dan menyelesai­kan tugas-tugasnya. Kemudian, ia pun bersiap-siap untuk be­pergian. Sebelum ia berangkat ke luar negeri, ketika dalam perjalanan menuju rumah salah seorang kawannya, ia melewati sebuah gang dekat tempat pemotongan hewan. Dia melihat se­orang nenek tua sedang memungut sisa-sisa daging dan tulang, tidak jauh dari tempat pemotongan hewan itu. Laki-laki tersebut kasihan melihat kondisi nenek tersebut. Ia langsung memanggil dan bertanya kepada perempuan tua itu tentang apa yang dilaku­kannya di tempat tersebut. Nenek tua itu menjawab, “Semua ini aku lakukan karena kemiskinanku. Aku mempunyai 3 anak perem­puan. Kami hidup miskin dan sengsara karena tidak ada yang mencarikan nafkah untuk kami. Oleh karena itu, aku bekerja dengan cara memungut sisa-sisa daging, sebagaimana yang kamu lihat, untuk mengurangi rasa lapar anak-anakku. Sudah lama sekali kami tidak merasakan nikmatnya makan daging, kami di­rundung kemiskinan dan paceklik yang hanya Allah sajalah yang mengetahuinya. “
Setelah mendengar alasannya, lelaki ini membawa perem­puan itu ke tempat pemotongan hewan. Lelaki itu berkata kepada pedagangnya, “Tolong nenek ini diberi daging sebanyak yang dia butuhkan.” Perempuan itu menjawab, “Satu kilogram saja sudah cukup sekeluarga.”
Lelaki itu menjawab, “Tolong kasih dia daging 2 kilogram untuk setiap minggunya.” Lelaki itu kemudian menyerahkan uang untuk pembelian daging selama 1 tahun.
Perempuan tua itu pun langsung menengadahkan tangan­nya kepada Tuhan Yang Maha Mengasihi seluruh makhluknya, yang di langit dan di bumi. Perempuan itu mendoakan laki-laki yang pengasih dengan doa yang tulus keluar dari lubuk hatinya yang terdalam. Belum lagi tangan perempuan tua itu turun dari memanjatkan doa, tiba-tiba lelaki tadi merasa sembuh dari penya­kitnya dan sehat, ia merasa lebih bugar, yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya.
Kemudian, lelaki itu pulang ke rumahnya. Salah seorang anak perempuannya menemuinya sambil berkata, ‘Demi Allah, apa yang terjadi pada diri ayah! Kelihatan lebih sehat dan lebih segar wajah ayah! “
Sang ayah menceritakan apa yang baru saja dilakukannya.
Anak putrinya pun sangat bergembira, kemudian ia mendoakan ayahnya agar diberi kesembuhan oleh Allah Ta’ala. Allah ber­kenan membahagiakan ayah gadis tersebut, sebagaimana dia telah membahagiakan perempuan tua itu beserta anak-anaknya.
Lelaki itu kemudian meninggalkan negerinya menuju rumah sakit.
Kemudian, para dokter langsung memeriksanya. Mereka bingung dan tidak habis pikir terhadap keanehan yang dilihatnya. Mereka berkata, “Mustahil … ini mustahil! Sudah hilang penyakitnya! Seluruh data dan hasil pemeriksaan yang lalu menunjukkan bahwa penyakit ini sangat kronis! Siapa yang telah mengobatimu? Siapa yang menyembuhkan penyakitmu? Siapa yang menjadikan­mu sehat dan sebugar ini? Bagaimana kamu bisa sembuh dalam waktu secepat ini?”
Lelaki itu menjawab dengan mata berkaca-kaca sambil menengadah ke langit, “Yang menyembuhkan penyakitku adalah Allah Yang Maha Pengasih dari seluruh pengasih.”
Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. Usia lelaki ini lebih mendekati kepada kematian daripada hidup. Ia pun pulang ke negerinya dengan maksud berpamitan pada sanak keluarga dan orang-orang yang dikasihinya Akan tetapi, pada saat ia merasa iba dan jatuh rasa kasih sayangnya kepada perem­puan tua yang miskin, temyata di atas sana ada Allah yang lebih sayang dan lebih iba daripada dirinya. Balasan kasih sayang dan kelembutan hatinya terhadap perempuan tua itu, Allah men­curahkan kasih sayang-Nya dan menyembuhkan penyakit yang dideritanya. Sungguh orang-orang yang mempunyai rasa kasih sayang, niscaya akan dikasihi oleh Yang Maha Pengasih. Benar­lah ucapan yang mengatakan, “Kasihanilah orang-orang yang berada di bawahmu, tentu engkau akan dikasihi oleh yang berada di atasmu.”
Allah Ta’ala berfirman dalam QS Al-A’raf ayat 56, yang artinya:
“Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada­Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.”

No comments: